Waktu
saya baru masuk SMP, ayah meminta saya ikut kursus keterampilan mengetik. Bukan
mengetik dengan komputer. Tapiii, dengan mesin tik. Kala itu, mesin tik masih in.
Saya tidak
terlalu mengerti tujuan dan maksud ayah saya. Baru masuk SMP, sudah harus ikut
kursus mengetik. Untuk apa?
“Nanti, kamu pasti butuh,” kata ayah singkat, meyakinkan
agar saya menuruti permintaannya.
Jadilah
saya mengikuti kursus tersebut. Di tempat kursus mengetik, saya diajari mengganti
pita mesin tik, menyetel spasi dan memasukkan kertas. Juga membuat bermacam-macam
surat resmi. Apakah saya masih hafal macam-macamnya? Enggak.*nyengir
kuda
Satu-satunya
pelajaran yang saya sukai dan paling terasa manfaatnya bagi saya adalah
mengetik dengan 10 jari. Berkat kursus mengetik itulah saya bisa mengetik
dengan 10 jari tanpa harus melihat ke keyboard.
Saya tidak perlu capek-capek melihat di mana letak tuts huruf E, I, B, dst.
Jemari saya seolah punya “mata".
Ya, keterampilan
mengetik dengan 10 jari melancarkan semua tugas saya. Di sekolah. Saat kuliah.
Tahu, kan, mahasiswa sering dapat tugas bikin
paper terus mengetik tugas akhir naskah skripsi berulang kali?
Pun pekerjaan di kantor yang berkaitan dengan teks, teks dan teks.
Selain itu, saya kerap dijadikan asisten tidak resmi ayah saya: membuat selebaran warta, menulis surat dan lain-lain.
Pun pekerjaan di kantor yang berkaitan dengan teks, teks dan teks.
Selain itu, saya kerap dijadikan asisten tidak resmi ayah saya: membuat selebaran warta, menulis surat dan lain-lain.
Melihat
saya mengetik dengan komputer, anak saya gak mau kalah. Ia sering meminta jatah
waktu untuk melakukan hal yang sama. Tentu saja, dia masih mengetik dengan “11”
jari, jari telunjuk kiri dan jari telunjuk kanan. Tapi, kelak, saya pasti akan memintanya belajar mengetik
dengan 10 jari. Pasti juga akan bermanfaat baginya.
Untung nurut dengan Ayah, ya Bu Nancy. Kursus pakai mesin tik lagi hehe. Sekarang baru terasa manfaatnya ^_^
BalasHapusHalo, Mbak Nandini. Betul, betul, betul :)) Terima kasih sudah bertamu.
Hapussaya mengetiknya random, belum bisa dibilang 10 jari, tetapi juga bukan 11 jari kayaknya, hehe
BalasHapusHihihi. Gak papa, Mas Jarwadi. Yang jauh lebih penting, isi tulisannya, kok.
HapusTerima kasih sudah bertamu, ya.