Tik, Tik, Mari Mengetik dengan 10 Jari



 
Foto: wikipedia.org
Waktu saya baru masuk SMP, ayah meminta saya ikut kursus keterampilan mengetik. Bukan mengetik dengan komputer. Tapiii, dengan mesin tik. Kala itu, mesin tik masih in.

Saya tidak terlalu mengerti tujuan dan maksud ayah saya. Baru masuk SMP, sudah harus ikut kursus mengetik. Untuk apa?

 “Nanti, kamu pasti butuh,” kata ayah singkat, meyakinkan agar saya menuruti permintaannya.

Jadilah saya mengikuti kursus tersebut. Di tempat kursus mengetik, saya diajari mengganti pita mesin tik, menyetel spasi dan memasukkan kertas. Juga membuat bermacam-macam surat resmi. Apakah saya masih hafal macam-macamnya? Enggak.*nyengir kuda

Satu-satunya pelajaran yang saya sukai dan paling terasa manfaatnya bagi saya adalah mengetik dengan 10 jari. Berkat kursus mengetik itulah saya bisa mengetik dengan 10 jari tanpa harus melihat ke keyboard. Saya tidak perlu capek-capek melihat di mana letak tuts huruf E, I, B, dst. Jemari saya seolah punya “mata".

Ya, keterampilan mengetik dengan 10 jari melancarkan semua tugas saya. Di sekolah. Saat kuliah. Tahu, kan, mahasiswa sering dapat tugas bikin paper terus mengetik tugas akhir naskah skripsi berulang kali? 

Pun pekerjaan di kantor yang berkaitan dengan teks, teks dan teks. 

Selain itu, saya kerap dijadikan asisten tidak resmi ayah saya: membuat selebaran warta, menulis surat dan lain-lain.

Melihat saya mengetik dengan komputer, anak saya gak mau kalah. Ia sering meminta jatah waktu untuk melakukan hal yang sama. Tentu saja, dia masih mengetik dengan “11” jari, jari telunjuk kiri dan jari telunjuk kanan. Tapi, kelak, saya pasti akan memintanya belajar mengetik dengan 10 jari. Pasti juga akan bermanfaat baginya.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Untung nurut dengan Ayah, ya Bu Nancy. Kursus pakai mesin tik lagi hehe. Sekarang baru terasa manfaatnya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, Mbak Nandini. Betul, betul, betul :)) Terima kasih sudah bertamu.

      Hapus
  2. saya mengetiknya random, belum bisa dibilang 10 jari, tetapi juga bukan 11 jari kayaknya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi. Gak papa, Mas Jarwadi. Yang jauh lebih penting, isi tulisannya, kok.

      Terima kasih sudah bertamu, ya.

      Hapus

Posting Komentar