Good Bye, Tan Ek Tjoan Cikini

Tadi pagi, saya pergi ke kantor naik kereta Commuter Line KAI. Mungkin, karena masih banyak yang masih dalam arus mudik, kereta tidak sepenuh seperti yang diceritakan teman-teman saya, pelanggan setia moda transportasi massal tersebut. Waktu tempuh, enggak pake lama! Tepat jam 6 lewat 7, saya tiba di Stasiun Gondangdia. Senang sih bisa cepat sampai. Tapi, mau ngepain ya di waktu yang tersisa sebelum jam kantor dimulai? Hmmm ....

Akhirnya saya memutuskan untuk mencari tahu harga kudapan di toko roti Tan Ek Tjoan Cikini. Soalnya, saya diminta untuk mengurus konsumsi satu acara di gereja.

Tiba di depan gedung Tan Ek Tjoan, saya mendapati toko itu tutup. Tidak ada tanda-tanda aktivitas. Plang nama toko roti tersebut juga tidak ada lagi. Padahal, seharusnya, toko tersebut sudah buka.

"Pak, ini Tan Ek Tjoan, kan?" tanya saya kepada seorang bapak yang kebetulan duduk di samping gedung tersebut.

"Oh, Tan Ek Tjoan sudah pindah ke Ciputat. Gedung ini sudah dijual. Sudah empat bulan yang lalu."

Saya kecewa. Pertama, saya harus cari toko roti lain supaya tugas saya sebagai seksi konsumsi terlaksana. Kedua, enggak ada lagi dong toko roti di sekitar Cikini. Enggak ada lagi tempat persinggahan saya untuk membeli kudapan, bekal jalan-jalan.

Selama ini, kalau saya dan keluarga ingin jalan-jalan ke daerah Jakarta Timur, kami pasti mampir di Tan Ek Tjoan Cikini. Beli lontong ayam, arem-arem, tahu, risol, keripik singkong, atau roti.

Bahkan, ketika saya mengandung, saya dan suami pasti mampir untuk membeli nasi uduk dan penganan lainnya. Nasinya, sih, sederhana. Porsinya sedang. Hanya berlaukkan sedikit potongan telur dadar dan diberi taburan bawang goreng dengan pelengkap bumbu kacang yang cukup pedas. Namun, kami suka.

Nasi uduk Tan Ek Tjoan pula yang saya pilih sebagai menu makan siang saat perayaan ulang tahun anak saya di Sekolah Minggu awal tahun ini lantaran saya bosan ayam goreng franchise. Saya juga ingin mengenalkan makanan khas Indonesia kepada anak-anak.

Penasaran, saya cari informasi mengenai alasan gedung Tan Ek Tjoan yang didirikan tahun 1920-an itu, dijual. Menurut situs travel kompas.com, di kawasan Cikini akan didirikan apartemen. Jadi, tanah tempat toko dan pabrik tersebut sudah dibeli pengembang. Sedangkan menurut Mario's Blog, Tan Ek Tjoan ditegur pemprov DKI. Menurut peraturan, pabrik tidak boleh berada di tengah kota karena akan menghabiskan persediaan air tanah. Belum lagi soal pajak industri dan perlistrikannya.

Kini, tak ada lagi Tan Ek Tjoan Cikini. Toko roti yang telah menjadi bagian sejarah kota Jakarta, tetapi tidak disahkan sebagai benda bersejarah yang harus dilestarikan.

Entah kapan bisa lagi mencicipi roti dan kudapan ala Tan Ek Tjoan. Good bye, Tan Ek Tjoan Cikini.



Gedung bekas toko roti Tan Ek Tjoan Cikini
menanti nasibnya / Foto: Dokumen pribadi


Referensi Online:
Roti Jadul Bertahan di Kota Modern, diakses tanggal 22 Juli 2015.

Jangan Pergi Tan Ek Tjoan, diakses tanggal 22 Juli 2015.



Related Posts

5 komentar

  1. Bekasnya akan dibuat apartemen ya, Mbak...

    BalasHapus
  2. Terim kasih anda telah menjadi customer setia kami. Untuk informasi tan ek tjoan membuka cabang di panglima polim dan ciputat. Anda juga tetap bisa memesan melalui whats app kami+628118707055. Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Noted, Ibu Meliana. Mohon maaf, butuh waktu begitu lama untuk merespons.

      Hapus
  3. Pantas saya puter puter keliling cikini gak ketemu, padahal lagi pengen beli gambang

    BalasHapus

Posting Komentar