Tiap tahun, saya
antusias menyambut hari Lebaran. Tapi, bukan sibuk manggang kue kering
atau bikin ketupat, lho. Saya sibuk menyiapkan bingkisan Lebaran sebagai tanda
terima kasih kepada sejumlah orang atas bantuan mereka melancarkan kegiatan
saya sehari-hari. Mereka adalah mpok tukang cuci, pak ojek langganan, seorang office boy, dan seorang office girl.
Seperti yang sudah-sudah, tahun lalu
saya berbelanja bingkisan Lebaran. Pada momen-momen menjelang Lebaran,
pusat-pusat perbelanjaan sudah pasti dipenuhi pengunjung. Alhasil, hawa dingin
dari mesin pendingin ruangan tidak mampu menyaingi udara ruangan yang pengap.
Kerapkali saya harus berhenti agar troli saya tidak beradu dengan troli lainnya. Ada kalanya pula saya
harus berkata, “Maaf” ketika roda troli
saya tanpa sengaja menabrak tumit pengunjung lain. Berbelanja menjelang
hari raya Lebaran memang membutuhkan tenaga ekstra. Namun, keinginan untuk
memberi membuat saya tetap semangat berbelanja.
Satu demi satu belanjaan mendarat di
dalam troli. Ada sirup, biskuit,
kacang, minyak goreng, gula, dan lain sebagainya. Selesai berbelanja, saya
menuju kasir yang… taraaa… telah dipenuhi antrean panjang.
Pfuiiih, berbelanja di bulan Ramadhan juga
membutuhkan kesabaran ekstra. Belanjaan yang menggunung terlihat hampir di
semua troli. Waktu berbelanja
bertambah lama.
Mendekati hari H, secara terpisah,
saya membagikan bingkisan. Pertama, kepada pak ojek yang setia mengantar jemput
saya ke dan dari halte busway. Kedua,
kepada office boy dan office girl yang kadangkala saya mintai
bantuan membeli makanan.
Bingkisan terakhir saya berikan kepada
mpok tukang cuci dan setrika baju. “Selamat merayakan Lebaran, ya, Mpok,” ucap
saya.
Senyuman lebar menghias wajah wanita
berambut keriting dan bertubuh gemuk itu. “Terima kasih, Bu.”
Saya merasa gembira karena bingkisan
Lebaran saya itu membuat para penerimanya senang.
Namun, kegembiraan itu pupus ketika
keesokan harinya, ibu mertua menyampaikan perihal kekecewaan mpok tukang cuci.
Menurut mpok tukang cuci, saat Lebaran, selain bingkisan barang, tuan rumah
harus memberikan uang. Oala ….
“Kalau kita tahu, dia ingin
uang, kita tidak perlu beli-beli barang buat dia,” sesal ibu mertua saya.
Saya diam. Namun, dalam hati saya
merasa marah dan kecewa. Mpok tukang cuci mendapat dua paket bingkisan Lebaran
dari saya dan mertua saya. Namun, itu tidak cukup baginya.
Perdebatan batin berkecamuk di dalam
hati saya. Tidak tahu bersyukur. THR itu
tidak mesti berupa uang, kan?
Lagipula,
peraturan dari mana, tuan rumah harus memberikan uang? Dia kan bukan asisten
rumah tangga yang tinggal bersama kami. Dia hanya bekerja
paling lama dua jam dan setelah itu, pulang.
Dan pikiran yang paling ekstrem pun
melintas dalam benak saya. Tahun depan
tidak usah kasih-kasih bingkisan Lebaran lagi.
Hari-hari berikutnya, saya mencoba
memahami alasan si mpok tukang cuci meminta uang. Mungkin dia ingin membelikan anaknya baju baru. Mungkin dia ingin
memberikan orangtuanya uang.
Syukurlah, perasaan marah dan kecewa
tersebut hilang seiring perjalanan waktu.
Tahun ini saya kembali berbelanja
bingkisan Lebaran karena saya tahu, hidup saya tidak akan berjalan tanpa
bantuan orang lain. Dan sebagian dari orang tersebut akan merayakan Lebaran.
Daftar penerima bingkisan Lebaran dan
bentuk bingkisan saya berubah. Dua orang menambah jumlah penerima. Penjaga
makam ayah saya dan tukang bangunan yang sedang memperbaiki rumah ibu saya.
Semua, kecuali mpok tukang cuci,
mendapat bingkisan Lebaran berupa sembako. Tahun ini saya akan memenuhi
permintaannya, walau jumlahnya tidak sebesar yang ia harapkan.
Yah, paling tidak, saya sudah memberi
dengan niat yang tulus. Mudah-mudahan, bingkisan Lebaran saya kali ini juga
diterima dengan hati yang tulus. Semoga.
*Tulisan ini saya buat tahun 2013.
Mpok tukang cuci di rumah saya sudah berganti dan tukang cuci yang baru
mendapat angpau Lebaran sebagai ganti bingkisan Lebaran.
Saya pernah menonton wawancara sosok ini di acara Kick Andy, sangat inspirative. Di saat cita-cita atau sebuah mimpi didedikasikan untuk sosial, sungguh luar biasa :)
BalasHapusSaya salah naruh komen deh kayanya....hihihi
BalasHapus