Kondom Bukan Satu-satunya Jalan Keluar

Hari AIDS Sedunia jatuh pada tanggal 1 Desember. Tahun ini, Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional memperingatinya dengan mengadakan Gerakan Kondom Nasional. Gerakan ini menimbulkan kontroversi dan menuai kritik tajam dari masyarakat luas karena kondom identik dengan hubungan seksual yang aman, entah untuk mengantisipasi kehamilan atau penyakit. 

Pertanyaannya, siapa saja yang boleh melakukan hubungan seksual dan memakai kondom? Saya pribadi berpendapat, hubungan seksual hanya boleh dilakukan pasangan suami istri (pasutri). Pasutri sah-sah saja menggunakan kondom sebagai salah satu alternatif pencegah kehamilan atas dasar berbagai pertimbangan dan kesepakatan bersama. 

Namun, zaman sudah berubah. Kita tidak bisa menampik kenyataan bahwa ada kemerosotan nilai mengenai seks di tengah masyarakat Indonesia. Seks tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang hanya boleh dilakukan ketika laki-laki dan perempuan telah resmi menjadi pasangan suami istri. Kini, banyak pelajar atau mahasiswa yang telah melakukan hubungan intim. Banyak lajangers muda sudah melakukan hubungan seksual. Bahkan, banyak suami/istri tidak setia dengan pasangannya. Banyak anggota masyarakat sudah menjadi penganut seks bebas dengan pelacur kelas bawah/menengah/tinggi, pacar gelap atau bahkan bertukar pasangan (swinger). Maka, kondom menjadi alat pengaman untuk hubungan seksual tersebut; untuk mengurangi risiko meluasnya virus HIV (human immunodeficiency virus) dan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) karena seks bebas adalah salah satu penyebab penyebaran virus HIV dan penyakit AIDS.

Saya berpendapat, kondom boleh-boleh saja dibagikan dengan memperhatikan target penerima dan tempat pembagiannya. Namun, yang jauh lebih penting dan perlu dilakukan adalah pemberian pendidikan seks sesuai usia (untuk anak-anak, lihat di sini) agar laju pertambahan penganut seks bebas dan seks pranikah dapat berkurang.

Related Posts

Posting Komentar